Home    About Me    Equipment    Aktivitas    Astrofotografi    Observasi    Downloads   Video    Gallery    Tamu   

Selasa, 06 Januari 2009

Partisipasi: Dawn of IYA 2009

Booming mengawali Hari Pertama Tahun Astronomi Internasional 2009 bergema di seluruh dunia. Tak terkecuali juga di Indonesia, Bandung mengawali dengan kegiatan Dawn of IYA 2009 di Cihampelas Walk dan Jakarta menggelar Dawn of IYA 2009 di Planetarium Jakarta bersama beberapa Club Astronomi lokal.

.


.
Berbeda dengan tempat-tempat lain yang menggelar acara cukup meriah, maka Jogja pun tidak ketinggalan ikut berpartisipasi mengawali Fajar Pertama Tahun 2009 ini dengan kegiatan sederhana. Bertajuk mengenal Matahari sebagai bintang terdekat Bumi, pagi itu (1/1) di Sekretariat JAC beberapa personel yang kebetulan akan berangkat "jagong" pernikahan salah satu anggota JAC di Kebumen, sebelum berangkat menyempatkan pengamatan keberadaan bintik Matahari (sunspot) yang ternyata nihil alias tidak satupun nongol di permukaannya. Observasi dilakukan dengan metode proyeksi menggunakan teleskop Skywatcher.
.
Kecuali itu keberadaan "solar glass" atau kacamata Matahari yang merupakan hasil karya tangan (hand made) sempat dicoba untuk melihat bulatan Matahari yang pagi itu bersinar sangat terik. Model inilah yang nantinya akan diperbanyak oleh JAC untuk menyambut Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009 yang akan datang agar masyarakat juga dapat ikut menyaksikan peristiwa tersebut secara aman.
.

.
Usai acara di Kebumen kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi situs astronomi yaitu keberadaan Masjid Besar Kebumen yang masih memanfaatkan Matahari sebagai penanda waktu shalat dan pengukur arah kiblat. Di halaman masjid ini dapat kita temukan salah satu instrumen astronomi yang memanfaatkan Matahari yaitu "tongkat istiwa" dan jam matahari yang terpasang kokoh di atas pondasi beton. Sejauh ini menurut pengurus masjid, peralatan ini memang sudah tidak digunakan karena sudah tergantikan oleh jam modern dan jadwal shalat yang ada. Namun demikian saya sepakat dengan pendapat pengurus masjid yang berusaha melestarikan artifak astronomi Islam agar banyak diketahui oleh masyarakat dengan memajangnya di luar. Yang saya herankan walaupun garis shaff di dalam masjid sudah dimiringkan namun berdasarkan pengukuran yang dilakukan Pak Sofwan Jannah (pakar arah Kiblat yang kebetulan ikut dalam rombongan) menunjukkan masih kurang sekitar 12 derajat katanya.
.


.
Perjalanan dilanjutkan mengunjungi masjid yang berumur cukup tua. Masjid besar Kutoarjo ini menurut prasasti yang tertempel di salah satu dindingnya dibangun menunjukkan bahwa ia dibangun pada tahun 1887. Wow, kakek saya aja belum lahir saat itu. Yang unik lagi di masjid ini adalah digunakannya Matahari untuk meluruskan arah kiblat. Kalau kita amati posisi garis shaff di masjid ini sangat miring ke arah Utara. Sehingga saat kita shalat seolah menghadap ke Utara. Menurut salah seorang pengurus masjid garis shaff tersebut sudah benar karena diluruskan pada saat peristiwa "Rasdul Qiblat" yaitu saat posisi Matahari di atas Ka'bah pada tanggal 16 Juli lalu jam 16:20 WIB (dapat data dari mana ya? khan harusnya 16:28 ). Dan terlihat terlalu miring ke Utara dikarenakan arah bangunan masjid agak miring ke Selatan. Iseng-iseng saya buka Googlemap menggunakan data dari GPS yang kebetulan waktu itu saya bawa. Terlihat bahwa arah bangunan Masjid Agung Kutoarjo ini memang miring ke Selatan. Menurut cerita pengurus masjid banyak jamaah dari luar yang shalat di masjid ini terlihat ragu-ragu karena shaffnya yang terlalu miring bahkan ada yang lurus mengikuti arah bangunan masjid. "Yang penting madep ke Barat..." katanya.. Dan serambi masjid depan masih terlihat bekas-bekas garis shaff lama yang menunjukkan bahwa shaff di masjid ini pernah sempat berganti sampai tiga kali sebelum digunakannya Matahari sebagai kompas kiblat. Lagi-lagi Matahari...





.
Perjalanan diakhiri dengan mengunjungi Masjid Besar Purworejo yang terkenal dengan Bedug Raksasanya yang konon terbesar di dunia yaitu Bedug Pandowo. Di masjid ini juga ada yang unik diantaranya garis shaffnya tidak miring ke Utara melainkan ke arah Selatan. Bahkan setelah sekilas dilakukan pengukuran seharusnya arahnya lebih miring lagi ke Selatan. Sejauh ini petugas masjid yang ditemui tidak bisa memberi keterangan metode apa yang digunakan untuk membuat shaff di masjid ini.
.
.
.


-= The Dawn of IYA 2009 =-

3 komentar:

  1. aku orang purworejo loh..hehe

    BalasHapus
  2. wah,kalo begitu mas mending kasih tau aja arah kiblat yang benar,kalo mau ya syukur,kalo gak ya ga apa-apa yang penting dah kasih tau,sukses selalu buat team JAC,makasih ya infonya,,,

    BalasHapus
  3. Kunjungan malem gan. Sambil nunggu sahur kita cari backlink yuk !

    BalasHapus