Home    About Me    Equipment    Aktivitas    Astrofotografi    Observasi    Downloads   Video    Gallery    Tamu   

Senin, 16 Oktober 2006

Lebaran Kapan?





Pertanyaan ini menjadi semakin ngetrend menjelang akhir Ramadhan ini. Hampir setiap hari saya dihujani pertanyaan seperti itu yang menurut saya sulit menjawabnya.


Haripun tiada terasa telah banyak berlalu. Ramadhan telah berada di penghujung akhir, cahaya bulan yang setiap hari nampak di langit bulan Ramadhan kini semakin berubah menuju fase bulan tua. Malam ini sabit tua akhir Ramadhan telah mulai wujud dan semakin mengecil saja. Ya, sebentar lagi konjungsi bulan-matahari segera terjadi mengakhiri Ramadhan tahun ini. Menurut perhitungan astronomis konjungsi geosentis akan terjadi pada Minggu, 22 Oktober 2006 pukul 05:15 GMT atau pukul 12:15 WIB. Hari itu adalah hari ke 29 Ramadhan saat para pakar Hisab dan Rukyat menunjukkan kebolehannya mencoba melihat hilal awal Syawwal yang waktu itu berada pada ketinggian tidak lebih dari 1° di semua Wilayah Indonesia. Bahkan di beberapa tempat Wilayah Indonesia bagian Timur hilal masih berada di bawah ufuk saat matahari terbenam.
.


Mencermati penentuan awal Syawwal yang telah dilakukan oleh beberapa organisasi massa di negeri ini, nampaknya lebaran kali ini memang bermasalah. Muhammadiyah dan beberapa ormas lain berdasarkan konsep yang diyakini menentukan bahwa awal Syawwal tahun ini di Indonesia jatuh pada Senin, 23 Oktober 2006. Hal ini berdasarkan konsep wujudul hilal (baca ‘Hilal Ramadhan’) yang menyatakan bahwa hilal telah wujud di sebagian besar wilayah RI. Sementara pemerintah memang secara resmi belum mengumumkan kapan lebaran akan dirayakan sebab masih menunggu hasil rukyat yang akan datang dan hasilnya akan diputuskan melalui Sidang Itsbat malam harinya. Yang jelas merupakan sesuatu yang “impossible” dapat merukyat hilal pada ketinggian ekstrim tersebut. Jadi seandainya nanti pun ada laporan yang melihat (dan biasanya memang ada) maka dapat ditolak disebabkan hampir semua metode perhitungan (hisab) menyatakan bahwa ketinggian hilal belum memungkinkan untuk dirukyat. Praktis sudah dapat diramalkan bahwa pemerintah akan menentukan sikap dengan menggenapkan umur Ramadhan menjadi 30 hari (istikmal) sehingga lebaran akan diperingati pada Selasa, 24 Oktober 2006.
.

Garis irtifa' nol derajat membelah Indonesia

Tinggi hilal di beberapa kota di Indonesia

Akibat dari perbedaan ini mulai jelas nampak di masyarakat. Jurang pemisah dua ormas terbesar di Indonesia semakin lebar. Panitia penyelenggara Shalat Ied dari mulai musholla sampai msjid besar, kampung-kampung sampai perkotaan, dari sekolah-sekolah sampai kampus, kantor-kantor, instansi swasta dan pemerintah bingung menentukan penceramah dan waktu pelaksanaan. Bahkan di sebuah tempat yang biasanya secara serentak shalat Ied dalam satu hari, kini menyelenggarakan dalam 2 hari yaitu Senin dan Selasa. Ekses lain yang sangat besar peluangnya terjadi adalah bentrokan fisik seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu saat serombongan peserta takbir keliling melewati daerah yang masih menyelenggarakan taraweh terpaksa pulang dengan babak belur karena dilempari batu. Tidak hanya itu, para Amil dan mustahik Zakat tentunya juga akan dibuat kelabakan sebab berzakat Fitrah setelah Shalat Ied nilainya adalah sama dengan sedekah. Apalagi ada yang menakut-nakuti "berpuasa pada saat lebaran adalah HARAM dsb.dsb..." sehingga orang yang masih mau puasa pada hari ke 30 Ramadahan menjadi takut dan memilih berbuka walaupun lebarannya keesokan harinya serta banyak lagi ekses-ekses lain yang sangat mengganggu kehidupan bermasyarakat kita. Payahnya lagi ternyata tahun depan (Syawwal 1428 H) posisi kritis akan terulang kembali dengan kondisi yang sama persis dengan tahun ini.
Kita berharap ekses-ekses akibat perbedaan ini bisa dieliminir sekecil mungkin. Disinilah peran para pemimpin dan ulama yang harus terjun di tengah masyarakat untuk bersikap netral menghargai perbedaan dan tidak malah sebaliknya mengadu domba antar sesama muslim. Saya sempat bingung memaknai sabda Rasulullah “Perbedaan di kalangan umatku adalah Rahmat” jika melihat kenyataan sesungguhnya yang terjadi akibat perbedaan tersebut. Apakah hadist tersebut bermakna lain dan bukan untuk yang satu ini? Jadi kapan kita lebaran? Jawabannnya kembali kepada kemantapan diri kita masing-masing untuk memilih. Mengikuti Saudi pun bukan merupakan pilihan terbaik sebab sudah bukan rahasia lagi bahwa sistem kalender Saudi banyak mengalami kekacauan. Memilih dengan ilmu dan bukan sekedar ikut-ikutan jauh lebih selamat.
Rasulullah memerintahkan kita “Berpuasalah kamu dengan melihat hilal dan berhentilah berpuasa karena melihat hilal”. Tapi kalau ada perbedaan penafsiran? “Taatlah kamu kepada Allah dan Rasulmu dan Pemimpinmu” Dalam hal ini, maka qa'idah yang menyatakan "amru al-imam yarfa'u al-khilaf", keputusan imam menghilangkan perbedaan, menjadi berlaku. Keputusan pemimpin dalam hal ini pemerintah wajib dijadikan anutan oleh setiap muslim, terlebih mereka yang telah mengakui eksistensinya, wajib menjadi pegangan, begitu menurut pemahaman saya. Wallahu a'lam.
.
Baca juga :
.

4 komentar:

  1. kenapa pada gak ngikut MEKAH aja sih?

    selama ini terus terang saya selalu ikut hisabnya Muhammadiyah ..

    Dan mereka selalu barengan ama Mekah ...

    Lucunya pernah sekali ada akal akalannya pemerintah .. pas jamannya Megawati ...

    Idul Fitrinya Muhammadiyah duluan ....

    paginya Muhammadiyah shalat ied, malemnya Megawati masih takbiran di senayan

    lucunya pagi itu pas muhammadiyah abis shalat ... di TV gak ada siaran langsung shalat ied dari Mekah seperti biasanya ....

    (inget .. Waktu Indonesia ama Mekah Duluan Indonesia) ...

    kalo kita shalat pagi ... Mekah rada siangan waktu indonesia baru shalat ...

    pas giliran pemerintah shalat ied keesokan harinya .. baru tu siaran dari mekah di siarkan ..

    hehe lucu ... setelah diprotes baru muncul tulisan siaran ulang ...

    perbedaan adalah rahmat? emang bener ...

    Tapi kalo di Indonesia perbedaan adalah EGO ...

    percaya atau tidak .. disangkal atau tidak ....

    BalasHapus
  2. Saya Idul Fitri tanggal 24. Keluarga saya tanggal 23. Kami saling menghormati, saya rasa ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk belajar menjadikan Islam sebagai rahmat.

    Saatnya kita introspeksi. Benar memang perbedaan di kita itu ego. Tapi perbedaan itu juga makhluk Allah .. dia diciptakan untuk manusia agar kita belajar.

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum

    tentang hadits perbedaan adalah rahmat, maka saya pernah membacanya ternyata hadits itu tidak benar jika disandarkan kepada Rosululloh shollallohu'alaihi wa sallam. menurut penelitian para ahli hadits. saya membacanya di buku sifat sholat nabi, karangan Muhammad Nashirudin Al-Albani -rohimahulloh-, cetakan Media hidayah.

    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  4. Wa'alaykum salam

    maaf, saya nGgak bilang kalo' perbedaan itu rahmat. Islam yang membawa rahmat. Hanya saja kita perlu menyikapi perbedaan itu secara dewasa, bukan begitu? Perbedaan diciptakan agar kita belajar. Sesederhana itu.

    terimakasih atas masukannya :)

    BalasHapus