Home    About Me    Equipment    Aktivitas    Astrofotografi    Observasi    Downloads   Video    Gallery    Tamu   

Minggu, 10 September 2006

Partial Lunar Eclipse 2006

Fase-fase GBS yang sempat terekam
Malam itu sekitar pukul 21.00 sudah mulai nampak kesibukan beberapa anggota Jogja Astro Club (JAC) yang sedang mempersiapkan perlengkapan guna menyambut event astronomi yang akan terjadi pada malam harinya yaitu Gerhana Bulan Sebagian (GBS). Gerhana kali ini menurut hitungan astronomis akan terjadi pada tengah malam hingga menjelang pagi dengan puncak gerhana terjadi pada pukul 01.51 WIB dinihari Jumat, 8 September 2006. Observasi malam ini direncanakan akan melibatkan masyarakat yang berminat turut menyaksikan. Untuk itu Tim JAC telah menyiapkan unit perangkat CCD imaging lengkap dengan LCD proyektornya guna menyaksikan tontonan LIVE! gerhana bulan melalui teleskop yang diteruskan ke layar proyeksi. Kali ini layar proyeksi hanya menggunakan salah satu sisi tenda doom yang dibuka penutupnya sehingga penonton bisa menyaksikan baik dari luar maupun dari dalam tenda. Kecuali itu unit juga dilengkapi dengan fasilitas video capturing yang dapat merekam langsung proses gerhana dalam format digital dan tersimpan langsung di dalam hardisk komputer. 
Gerhana Bulan Sebagian adalah peristiwa tertutupnya sebagian piringan bulan yang sedang pada fase purnama oleh bayangan gelap bumi (umbra). Pada saat puncak gerhana yang terlihat adalah warna gelap yang pada pinggiran bulatan wajah bulan. Walau hanya dengan mengggunakan mata telanjang kejadian tersebut dapat teramati dengan jelas. Binokuler adalah pilihan yang lebih baik untuk mengamati peristiwa gerhana tersebut. Namun demikian seandainya ada, teleskop dengan kekuatan pembesaran sekitar 50x sudah bukup bagus digunakan mengamati permukaan bulan saat peristiwa gerhana sebab idealnya saat pengamatan bulan sebaiknya bulatan piringan bulan dapat terlihat seluruhnya. Sekitar setengah jam persiapan telah selesai. Beberapa anggota JAC sengaja melakukan pengamatan gerhana di tempat lain dengan hanya berbekal binokuler dan teleskop kecil. Aprilana dan Aji mengamati dari lokasi tempat tinggalnya di daerah Seturan sementara Lutfi bersama kawannya melakukan pengamatan di sekitar Kampus UGM. Sementara di posko hanya ditunggu oleh Mutoha sebagai koordinator dan Agus Triawan salah satu anggota JAC yang telah cukup terlatih untuk menangani event seperti ini. Sayang saat puncak gerhana bulan kali ini terjadi pada lepas tengah malam sehingga menjadi penyebab beberapa anggota yang sebagian besar pelajar terpaksa tidak bisa mengikuti.


Setting terhadap perlengkapan observasi Gerhana Bulan
Tenda doom sekaligus berfungsi sebagai layar proyeksi

Melihat langsung fase gerhana saat maksimum

Melihat fase gerhana melalui layar proyeksi
Senyum sang operator dari dalam doom 

Walaupun persiapan baru saja usai dan waktu itu baru pukul 22.00, namun sudah banyak pengunjung disekitar lokasi. Untuk itu sambil menunggu saat terjadinya gerhana sengaja diputarkan film bertema astronomi dari Discovery Channel. Usai pemutaran film mulailah teleskop diarahkan kepermukaan bulan yang waktu itu berada di atas kepala sehingga cukup merepotkan. Melakukan setting terhadap perangkat video astronomy jauh lebih sulit ketimbang mengoperasikan kamera handycam. Kecuali sudut pandangnya yang kelewat kecil yaitu sekitar 1 derajat saja juga pengaturan fokus dan pencahayaannya harus dilakukan secara manual untu mendapat gambar yang bagus dilayar monitor. Ada 3 buah kamera astronomi yang dipakai dan semuanya merupakan kamera modifikasi dari webcam masing-masing adalah ORITE 740k yang dipasang pada teleskop Novalux 910 menghasilkan sudut pandang sekitar 1/10 derajad, Prolink dipasang pada lensa tele 300 mm menghasilkan sudut pandang sekitar 1/3 derajad dan Toucam Pro dipasang pada lensa Pentax 135 mm mengasilkan sudut pandang 1,5 derajat sehingga bisa menampilkan seluruh piringan bulan yang lebarnya sekitar 1/2 derajat. Untuk melakukan pergantian tayangan kamera cukup mudah karena masing-masing kamera terhubung dengan program video capture. Justru yang sulit adalah mengendalikan arah agar masing-masing kamera dapat selalu menghadap kearah bulan. Semua kamera telah dicoba dan dianggap cukup siap digunakan baik untuk proyeksi ke layar maupun perekaman. Sementara software simulator planetarium Starrynight terus diaktifkan untuk memantau perkembangan mulainya fase gerhana. Saat yang ditunggupun tiba, ketika itu sudah banyak pengunjung yang berada di lokasi berharap dapat menyaksikan peristiwa yang mungkin baru bagi mereka. Kini semua mata tertuju kelayar proyeksi yang menampilkan bulatan wajah bulan yang diperbesar. Kontak penumbra pertama 23.42 WIB, biasa-biasa saja tidak terlihat perbedaan sampai hampir setengah jam. Bahkan tiba-tiba muncul banyak awan yang sesekali menutup bulan sehingga kekhawatiran tidak bisa menyaksikan gerhana saat puncaknya sempat menghantui kita semua. Namun bersyukur pergerakan awan hanya berlangsung sebentar ketika langit kembali cerah dan wajah bulan kembali terlihat terang dengan warnanya yang kekuningan. Kontak umbra pertama 01.05 WIB, mulai nampak sedikit warna gelap di sisi kanan atas piringan bulan yang waktu itu sudah agak condong ke Barat. Warna gelap semakin membesar seiring waktu datangnya saat Maksimum pada 01.51 WIB. Tidak hanya melihat proses gerhana di layar proyeksi saja waktu itu, ternyata dengan melihat langsung wajah bulan justru terlihat lebih indah dengan warna gelap yang menutup sebagian mukanya. Apalagi ketika menggunakan binokuler saat mengamati permukaannya, nampak jelas warna gelap bayangan umbra bumi di sisi kanan atas, betul-betul pemandangan yang sangat indah. Terlihat di wajah beberapa pengunjung rasa kagum setelah secara langsung dapat melihat peristiwa gerhana bulan ini dan rasa kantukpun hilang seketika. Sebab sebelumnya walaupun mereka mengalami beberapa kali even gerhana namun tidak sempat mengamati seperti malam hari ini. Oleh sebab itulah banyak pengunjung yang minta difoto di depan layar proyeksi dimana gambar gerhana terlihat, ada juga yang minta foto bersama teleskop atau didalam doom, dsb. Yah, walau hanya kami berdua yang melayani mereka malam itu, alhamdulillah semuanya lancar-lancar saja.
Wajah bulan dalam 3 sudut pandang kamera saat terjadinya gerhana
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 02.30 saat secara perlahan bayangan gelap dimuka bulan mulai menipis. Matapun sudah mulai terasa berat saatnya segera berbaring.. Walaupun masih banyak pengunjung yang berharap dapat bertanya maupun mendapatkan informasi seputar astronomi namun terpaksa tidak bisa dilayani saat itu sebab sudah saatnya untuk berkemas dan mengakhiri observasi Gerhana Bulan Sebagian malam ini. Sedangkan pengunjung yang belum puas diminta datang langsung kapan-kapan di markas JAC karena dilayani akan setiap hari "Everyday is Astroday in JAC" begitu kira-kira motonya. Akhirnya kini tinggal berdua ketika semua pengunjung telah membubarkan diri. Yang tersisa adalah kepuasan amat mendalam dalam benak kami karena malam itu banyak pelajaran dari peristiwa alam yang baru saja terjadi. Puas juga karena merasa telah dapat memberi hiburan atau bahkan berbagi ilmu kepada orang lain. Malam itu ternyata tidak hanya Jogja yang mengadakan observasi gerhana, dari Solo, Club Astronomi Santri Assalam(CASA) juga melakukan observasi, teman-teman HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta) di Planetarium Jakarta, Observatorium Bosscha di Bandung. Tidak ketinggalan juga astronom-astronom amatir dari negri jiran Malaysia dan Brunei juga mengadakan observasi serupa dalam kondisi langit yang menguntungkan, cerah. Semoga kita masih bisa dipertemukan lagi pada event-event astronomi yang akan datang. Salam. Link koleksi foto gerhana : Azam Noor (Malaysia) Mustapha Natsir (Malaysia) Syahrin (Malaysia) Hazarry (Brunei) AdiNugroho (Jakarta) & Nggieng (LAPAN Bandung) Jeff T (Jakarta)

1 komentar:

  1. mo koreksi dikit. adi ngamat dari jakarta sedangkan nggieng ngamatnya dari Lapan Bandung.

    BalasHapus