.
Dengan hormat,
Dengan hormat,
Berhubung lagi repot nih, laporan kegiatan rukyat kemaren baru sempat upload. Bukan kenapa2 sih, peserta selalu nanyain mana beritanya. Nah itu beritanya cuman dalam bentuk gambar aja btw, sebuah gambar khan dapat menceritakan 1000 kata. Gambar-gambar lainnya silahkan lihat di markaz JAC. Ohya pesertanya dari anggota CASAC (Colombo After School Astronomy Club) dan CASA (Club Astronomi Santri Assalam) serta beberapa anggota baru JAC. Semuanya mungkin ada sekitar 25 an peserta yang ngikut waktu itu pake 2 mobil dan beberapa sepeda motor. Tempatnya di Pantai Parangkusumo mBantul pada Sabtu, 20 Januari 2007 lalu. Di tempat ini juga BHR DIY setiap menjelang Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah mengadakan kegiatan rukyat hilal. Sambil nunggu matahari terbenam peserta diberi kesempatan main-main di pantai (tapi enggak pake mandi lho). Dan menjelang matahari terbenam mereka sudah kumpul lagi untuk mendapatkan materi seputar teknik rukyat hilal serta saling tausiyah antar club. Hilal memang gagal dirukyat akhirnya, dikarenakan mendung menutupi langit Barat tempat hilal berada. Namun peserta sempat disuguhi tontonan menarik "the exotic sunset" sore itu. Malemnya ada acara stargazing dan pemutaran pilem astronomi yang ditonton juga masyarakat sono. Pokoknya asyik deh. Sudah itu kitanya siap-siap balik lagi ke rumah masing-masing. Yang Solo balik ke Solo, yang Jogja juga balik ke Jogja. Nah, masih penasaran gak nih? mau nyoba rukyat hilal lagi nanti?
Eh ternyata berita ini sudah direlease juga di blognya Gustri
Latihan Rukyat Bersama "1 Muharram 1428 H" (JAC-CASAC-CASA)
Pertama aku ucapin sorry berat buat para pembaca setia blog ini sebab udah beberapa minggu, bulan, malah satu tahun blog ini vakum. Terakhir aku update blog ini bulan Zhulkaidah 1427 H dan sekarang udah bulan Muharram 1428 H jadi kalo dibilang satu tahun vakum ya pantes. Karena udah ganti tahun aku ucapin Selamat Tahun Baru 1428 Hijriyyah deh buat para umat Islam di seluruh jagat internet.
Dua minggu ini aku baru ujian akhir semester dari kemarin Senen 15 Januari dan insya Allah selesai Sabtu 27 Januari 2007 besok. Ya moga-moga di ujian ini aku bisa memaksimalkan pikiran untuk menghadapinya. Harapan aku dari ujian ini hasilnya nanti dapet nilai baik supaya ngak perlu ngulang kuliah lagi di semester depan. Please.. do’ain aku supaya hasil ujian aku baik ya.. thank!
Sabtu sore kemarin ini 20 Januari 2007 (1Muharram 1428 H) aku dan teman2 dari Jogja Astronomi Club (JAC), SMA KOLOMBO, Pondok Pesantren Modern As-Salam Solo pergi ke pantai Parangkusumo. Tujuan aku dan teman2 ke sana tak lain adalah untuk latihan bersama-sama rukyat (observasi) hilal yang merupakan penentu awal bulan Hijriyyah. Bersamaan dengan itu aku mendapat kesempatan meinikmati saat matahari tenggelam (sunset) di ufuk barat dari laut yang indah.
"Jangan engkau memulai berpuasa hingga engkau melihat hilal, dan jangan engkau berbuka hingga engkau melihat hilal juga. Jika hilal itu terhalang bagimu (tertutup awan) maka perkirakanlah ia.”
Hadist di atas itu merupakan dasar hukum dalam menetapkan awal bulan hijriyyah. Berdasarkan konsep penanggalan hijriyyah satu bulan itu terdiri dari 29 hari dan hari ke 30 merupakan hari tambahan yang bisa ada dan bisa juga tidak ada. Lha ada tidaknya hari ke 30 itu ditentikan oleh tampak dan tidak tampaknya hilal pada pada tanggal 29 itu. Hilal sendiri itu berwujud sebuah sabit bulan pertama yang terlihat setelah ijtima’ (konjungsi) terjadi. Jika hilal tampak maka hari itu juga telah masuk tanggal 1 dan jika tidak tampak maka dalam satu bulan akan terdiri dari 30 hari.
Bila dilihat dari sisi keilmuan, penanggalan hijriyyah yang berdasar siklus penampakan bulan dalam mengelilingi Bumi, diperoleh data kalo bulan mengelilingi bumi selama 29,53 hari. Hal ini menyebabkan satu bulan takwim bisa berlangsung selama 29 atau 30 hari. Dalam astronomi, sistem penanggalan berdasar pada penampakan bulan itu dibilang sistem Lunar Calender.
Tuk mempermudah pelaksanaan rukyat hilal paling tidak kita harus tahu posisi hilal yang akan kita rukyat dan waktu ijtima’. Hal itu dirasa penting sebab penampakan bulan berubah-ubah dari hari ke hari. Maka dari itu perlu memanfaatkan kecermatan perhitungan astronomi yang akurat tuk membantu mengetahui posisi hilal dan waktu ijtima’. Sistem perhitungan astronomi ini sering kita dengar dengan sebutan HISAB.
Untuk itu bisa dikatakan bahwa penggunaan hisab tanpa rukyat hanya akan melahirkan tukang hisab bukan ahli hisab apalagi ahli falak. Begitu juga rukyat tanpa hisab tidak akan memberikan inilai tambah apapun. Rukyat dan Hisab bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan yang dalam astronomi dikenal sebagai observasi dan teori (pemodelan) yang mau dan tidak mau harus dilakukan untuk mencari satu nilai kriteria visibilitas hilal. Sehingga penetapan awal bulan akan memiliki karakter sains (ilmu pengetahuan).
Dalam latihan rukyat hilal kemarin sabtu sore kebetulan cuaca kurang mendukung, awan yang menyelimuti langit barat semakin sore semakin tebal. Apabila sore itu tidak mendung sangat mungkin hilal teramati karena di hari kedua itu ketinggian hilal sudah mencapai 14o 50’. Selain itu bila langit barat cerah maka akan terlihat juga komet McNaught (C2006 P1) yang kebetulan sedang melintas di sistem tatasurya dalam kita menjahui matahari, komet ini mulai terlihat sejak 12 Januari dan berakhir 22 Januari kemarin.
Sebagai panduan untuk mengetahui posisi hilal dan waktu ijtima’ digunakan software simulasi Starry Inight Pro Plus 6 yang sudah terinstall pada laptop. Dengan software ini kami tidak perlu pusing2 dan repot2 menghisab posisi bulan dan waktu ijtima’ secara manual karena kemampuannya untuk menjejak dan memperlihatkan posisi hilal serta benda2 angkasa lainnya sangat akurat dan sudah teruji dengan mencocokkan terhadap fenomena alam secara langsung.
Perlengkapan lainnya yang digunakan untuk membantu latihan rukyat ini adalah binokuler dan kamera tele yang telah di pasang CCD peka cahaya yang terhubung ke laptop. Kamera tele yang telah di pasang CCD peka cahaya berfungsi untuk membantu me-tracker posisi hilal yang cahayanya redup sebelum dilihat dengan mata telanjang.
Namun karena cuaca mendung hilal tidak mungkin terlihat.
Sebelum kegiatan observasi / rukyat hilal berlangsung peserta diberi penjelasan sedikit mengenai pengetahuan seputar rukyat hilal. Kemudian setelah itu peserta di arahkan ke tempat pengamatan hilal. Waktu terbaik untuk pengamatan / rukyat hilal adalah 20 menit setelah matahari terbenam (sunset) karena sinar matahari sudah tidak mengganggu. Namun karena cuaca mendung itu hilal tidak mungkin terlihat walau dipaksakan hingga mata melotot.
Ya begitulah dalam menjalankan kegiatan astronomi kita harus selalu lapang dada untuk menerima segala kekecewaan atas kegagalan dalam observasi / pengamatan apalagi dimusim penghujan seperti sekarang.
Setelah sholat magrib acara dilanjutkan nonton bareng film / video pengetahuan astronomi sebagai penutup acara hingga ba’da Isya’. Setelah pulang aku tidak langsung pulang tapi mampir dulu di markas JAC tuk mberesin alat2 yang abis dipakai lalu santai2 sambil cerita sampai jam 12 malem. Sebelum aku pulang, aku, Nonok dan Pak Toha makan di warung gudeg lesehan, ee.. di sana aku sial banget, habis setelah selesai makan dan minum aku ngak sengaja nendang gelas bekas aku minum hingga pecah. Waduh.. yang jualan tetanggaku lagi, walau tidak disuruh ganti rugi aku tetap ngerasa ngak enak ya campur malu. Ya itulah kaki punya mata tapi buta bikin malu orang.....
Dua minggu ini aku baru ujian akhir semester dari kemarin Senen 15 Januari dan insya Allah selesai Sabtu 27 Januari 2007 besok. Ya moga-moga di ujian ini aku bisa memaksimalkan pikiran untuk menghadapinya. Harapan aku dari ujian ini hasilnya nanti dapet nilai baik supaya ngak perlu ngulang kuliah lagi di semester depan. Please.. do’ain aku supaya hasil ujian aku baik ya.. thank!
Sabtu sore kemarin ini 20 Januari 2007 (1Muharram 1428 H) aku dan teman2 dari Jogja Astronomi Club (JAC), SMA KOLOMBO, Pondok Pesantren Modern As-Salam Solo pergi ke pantai Parangkusumo. Tujuan aku dan teman2 ke sana tak lain adalah untuk latihan bersama-sama rukyat (observasi) hilal yang merupakan penentu awal bulan Hijriyyah. Bersamaan dengan itu aku mendapat kesempatan meinikmati saat matahari tenggelam (sunset) di ufuk barat dari laut yang indah.
"Jangan engkau memulai berpuasa hingga engkau melihat hilal, dan jangan engkau berbuka hingga engkau melihat hilal juga. Jika hilal itu terhalang bagimu (tertutup awan) maka perkirakanlah ia.”
Hadist di atas itu merupakan dasar hukum dalam menetapkan awal bulan hijriyyah. Berdasarkan konsep penanggalan hijriyyah satu bulan itu terdiri dari 29 hari dan hari ke 30 merupakan hari tambahan yang bisa ada dan bisa juga tidak ada. Lha ada tidaknya hari ke 30 itu ditentikan oleh tampak dan tidak tampaknya hilal pada pada tanggal 29 itu. Hilal sendiri itu berwujud sebuah sabit bulan pertama yang terlihat setelah ijtima’ (konjungsi) terjadi. Jika hilal tampak maka hari itu juga telah masuk tanggal 1 dan jika tidak tampak maka dalam satu bulan akan terdiri dari 30 hari.
Bila dilihat dari sisi keilmuan, penanggalan hijriyyah yang berdasar siklus penampakan bulan dalam mengelilingi Bumi, diperoleh data kalo bulan mengelilingi bumi selama 29,53 hari. Hal ini menyebabkan satu bulan takwim bisa berlangsung selama 29 atau 30 hari. Dalam astronomi, sistem penanggalan berdasar pada penampakan bulan itu dibilang sistem Lunar Calender.
Tuk mempermudah pelaksanaan rukyat hilal paling tidak kita harus tahu posisi hilal yang akan kita rukyat dan waktu ijtima’. Hal itu dirasa penting sebab penampakan bulan berubah-ubah dari hari ke hari. Maka dari itu perlu memanfaatkan kecermatan perhitungan astronomi yang akurat tuk membantu mengetahui posisi hilal dan waktu ijtima’. Sistem perhitungan astronomi ini sering kita dengar dengan sebutan HISAB.
Untuk itu bisa dikatakan bahwa penggunaan hisab tanpa rukyat hanya akan melahirkan tukang hisab bukan ahli hisab apalagi ahli falak. Begitu juga rukyat tanpa hisab tidak akan memberikan inilai tambah apapun. Rukyat dan Hisab bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan yang dalam astronomi dikenal sebagai observasi dan teori (pemodelan) yang mau dan tidak mau harus dilakukan untuk mencari satu nilai kriteria visibilitas hilal. Sehingga penetapan awal bulan akan memiliki karakter sains (ilmu pengetahuan).
Dalam latihan rukyat hilal kemarin sabtu sore kebetulan cuaca kurang mendukung, awan yang menyelimuti langit barat semakin sore semakin tebal. Apabila sore itu tidak mendung sangat mungkin hilal teramati karena di hari kedua itu ketinggian hilal sudah mencapai 14o 50’. Selain itu bila langit barat cerah maka akan terlihat juga komet McNaught (C2006 P1) yang kebetulan sedang melintas di sistem tatasurya dalam kita menjahui matahari, komet ini mulai terlihat sejak 12 Januari dan berakhir 22 Januari kemarin.
Sebagai panduan untuk mengetahui posisi hilal dan waktu ijtima’ digunakan software simulasi Starry Inight Pro Plus 6 yang sudah terinstall pada laptop. Dengan software ini kami tidak perlu pusing2 dan repot2 menghisab posisi bulan dan waktu ijtima’ secara manual karena kemampuannya untuk menjejak dan memperlihatkan posisi hilal serta benda2 angkasa lainnya sangat akurat dan sudah teruji dengan mencocokkan terhadap fenomena alam secara langsung.
Perlengkapan lainnya yang digunakan untuk membantu latihan rukyat ini adalah binokuler dan kamera tele yang telah di pasang CCD peka cahaya yang terhubung ke laptop. Kamera tele yang telah di pasang CCD peka cahaya berfungsi untuk membantu me-tracker posisi hilal yang cahayanya redup sebelum dilihat dengan mata telanjang.
Namun karena cuaca mendung hilal tidak mungkin terlihat.
Sebelum kegiatan observasi / rukyat hilal berlangsung peserta diberi penjelasan sedikit mengenai pengetahuan seputar rukyat hilal. Kemudian setelah itu peserta di arahkan ke tempat pengamatan hilal. Waktu terbaik untuk pengamatan / rukyat hilal adalah 20 menit setelah matahari terbenam (sunset) karena sinar matahari sudah tidak mengganggu. Namun karena cuaca mendung itu hilal tidak mungkin terlihat walau dipaksakan hingga mata melotot.
Ya begitulah dalam menjalankan kegiatan astronomi kita harus selalu lapang dada untuk menerima segala kekecewaan atas kegagalan dalam observasi / pengamatan apalagi dimusim penghujan seperti sekarang.
Setelah sholat magrib acara dilanjutkan nonton bareng film / video pengetahuan astronomi sebagai penutup acara hingga ba’da Isya’. Setelah pulang aku tidak langsung pulang tapi mampir dulu di markas JAC tuk mberesin alat2 yang abis dipakai lalu santai2 sambil cerita sampai jam 12 malem. Sebelum aku pulang, aku, Nonok dan Pak Toha makan di warung gudeg lesehan, ee.. di sana aku sial banget, habis setelah selesai makan dan minum aku ngak sengaja nendang gelas bekas aku minum hingga pecah. Waduh.. yang jualan tetanggaku lagi, walau tidak disuruh ganti rugi aku tetap ngerasa ngak enak ya campur malu. Ya itulah kaki punya mata tapi buta bikin malu orang.....
Foto-fotonya ni >>>>
Na itu lah foto-foto kegiatannya.....
saluuut,
BalasHapus