Home    About Me    Equipment    Aktivitas    Astrofotografi    Observasi    Downloads   Video    Gallery    Tamu   

Sabtu, 05 Agustus 2006

Banjir Nuh Akibat Meteor?


Kadangkala informasi yang menarik justru datang dari orang lain yang bertanya. Berikut ini adalah tanya-jawab yang terjadi dalam sebuah milis antara Ustadz Luqmana dengan Ma'rufin Sudibyo salah seorang anggota JAC yang tinggal di Kebumen. Berikut laporannya.
------------------------------

Pertanyaan:
Apakah ada kemungkinan suatu planet memiliki rotasi hingga 12.000 tahun sekali?

Jawab :
Mungkin saja. Rotasi sebuah planet, alias perputarannya pada sumbunya, hanya dipengaruhi oleh kondisi awal ketika planet tersebut terbentuk dariawan gas yang sedang berkondensasi. Ada juga pengaruhpengaruh hantaman benda2 langit (terutama yangdiameternya sama, biasa dialami pada fase protoplanet). Jadi tidak ada hubungannya dengan jaraknya ke Matahari (jika planet itu ada dalam sistem tatasurya). Seperti Venus. Meski jaraknya lebih dekat keMatahari dibanding Bumi, umur rotasinya sangat lama(hingga 600 hari) dibanding Bumi (yang hanya 24 jam). Kalo yang dimaksud adalah revolusi (perputaran planet mengelilingi Matahari), secara teoritis juga bisasaja. Nah, kalo revolusi ini terkait erat dengan jarakplanet tersebut terhadap Matahari dengan mematuhi hukum Kepler 3. Kalo periode revolusinya 12.000 tahun, maka jarak rata2 planet tersebut dengan Matahari mencapai 524 AU (astronomical unit) atau 78,6 milyarkilometer. Bandingkan dengan Pluto yang jauhnya(rata2) dari Matahari 'hanya' 39,5 AU atau 5,9 milyarkilometer. Terlalu jauh ? tidak juga. Gravitasi Matahari masih cukup mampu memaksa benda langit yang berada pada jarak 78,6 milyar km ini untuk bergerak mengelilinginya. Matahari bahkan masih cukup powerfull untuk mengontrol kawasan di sekelilingnya hingga sejauh 90.000 AU. Buktinya bisa dilihat dari adanya komet2 berperiode panjang (> 200 tahun) seperti Hale-Bopp (periode 1.000 tahun) dan Hyakutake (periode 10.000tahun) yang mengedari Matahari. Komet2 ini dihipotesiskan berasal dari awan komet Oort, yang terletak pada jarak 90.000 AU tadi, dan tertarik masuk ke tata surya bagian dalam oleh kombinasi interaksi gravitasi Matahari dan bintang terdekat.



Pertanyaan:
Apakah pandangan ilmu astronomi dalam menela’ah kejadian air bah di zaman Nabi Nuh, adakah hubungannya dengan benturan planet?
Jawab:
Nabi Nuh AS disebutkan berdakwah di daratan Mesopotamia (Irak sekarang) sehingga logikanya banjir besar itu pun terjadi di sini. Menariknya, di situs2 purbakala peninggalan Mesopotamia seperti Ur (kawasanselatan), Shurupak, Uruk (kawasan tengah) serta Kishdan Nineveh (kawasan utara) ditemukan sedimen lempung produk banjir. Dating konvensional (jadi belummenggunakan radiocarbon) menunjukkan sedimen2 iniberasal dari masa yang sama, 2.900 BCE. Sedimen paling tebal ada di Ur, mencapai 2,6 meter dan begitu kita bergeser ke utara ketebalan sedimen2 ini kian menipis. Menariknya lagi, banjir itu juga disebutkan dalam karya sastra Gilgamesh (abad 20 BCE), Enuma Elish (abad 17 BCE) dan Atrahasis (abad 18 - 17 BCE) dengan tokoh2nya Ubar-Tutu dan Ziusudra (versi Sumeria) serta Utnapishtim dan Atrahasis (versi Akkadia). Dari mana asal banjir ini ? Jawabannya mungkin tergolek di kompleks rawa2 (Hawr) al-'Amarah, di titikpertemuan Sungai Efrat dan Tigris yang sekarang masukke wilayah Irak selatan. 5.000 tahun silam kawasan ini masih berupa laut dangkal yang menjadi bagian Teluk Persia. Namun oleh pengaruh gerak orogenik Pegunungan Zagros, kawasan ini mengalami pengangkatan sehinggamembentuk daratan aluvial setinggi beberapa meter sajadari permukaan laut. Pengangkatan itu pula yangmembuat situs Ur - pada masa jayanya adalah pelabuhan besar di Teluk Persia - kini terletak 140 km dari laut. Di tengah kompleks rawa ini terdapat sebuah danau, namanya Umm al-Binni. Tidak seperti danau2 khas kompleks rawa yang irregular, bentuk danau inisirkular, bergaris tengah 3,4 km dan di dalamnyaterdapat sisa tanggul melingkari pusat danau. Ditambah dengan umur sedimen yang masih sangat muda, sulit untuk menempatkan danau ini sebagai bagian dari aktivitas karst, erosi kubah garam, diapirisme /ekstrusi lumpur (seperti yang sekarang sedang terjadi di Porong), deformasi tektonik maupun intrusi magma yang terekspos. Hanya tersisa satu 'kandidat' penyebab: tumbukan benda langit. Kebetulan ciri khas danau ini sama dengan ciri khas kawah produk tumbukan benda langit. Mari kita simulasikan. Aturan empirik Shoemaker menyebutkan garis tengah benda langit pembentuk kawah (sebut saja asteroid) harus 1/20 diameter kawah. Sehingga asteroid pembentuk Umm al-Binni memiliki diameter 170 m. Anggap asteroid ini jatuh di laut dangkal (kedalaman 60 meter), dan titik jatuhnya terletak 10 km dari pantai terdekat. Maka, bila asteroid tersebut adalah asteroid besi (siderit) seperti yang membentuk Kawah Meteor Arizona dan jatuh dengan sudut 45 derajat terhadap permukaan laut, tumbukan itu melepaskan energi sebesar 400 megaton TNT, atau 20.000 kali lebih dahsyat dari bom Hiroshima. Tumbukan di perairan jelas menghasilkan tsunami dan ketinggiannya bisa diestimasikan dari persamaan empirik Glasstone. Pada jarak 10 km dari titik tumbukan, ketinggian tsunami masih 6,8 meter, bilatempat itu berupa perairan dalam. Namun karena dalam jarak 10 km itu sudah berupa pantai, terjadi run-up hingga tingginya meningkat pesat. Anggaplah faktor run-up itu 40 kali lipat, seperti yang teramati di Hawaii dalam peristiwa tsunami produk megathrust Chile1960, kita mendapatkan peristiwa mega tsunami, karena ketinggiannya mencapai 272 meter ! Jika bilangan kekasaran Manning di muara S. Efrat dan Tigris sebesar 0,017 (untuk pantai datar 0,03), dengan memodifikasi scaling law-nya Bretschneider dan Wybro, tsunami akan masuk ke dalam dua sungai besar itu dan menerjang daratan hingga 370 km dari garis pantai. Terlalu berlebihan ? Tidak juga. Pada 8 Juli 1958 sebanyak 81 juta ton batu dan es rontok jatuh ke dalam laut dari tebing Teluk Lituya (Alaska) oleh guncangan gempa tekton filtered= 8 skala Magnitudo. Akibatnya timbul mega tsunami dengan tinggi 520 meter !Mega tsunami Teluk Lituya merupakan contoh ideal "simulasi " tsunami produk tumbukan asteroid, mengingat rontokan batu dan es di Teluk Lituya berujud bongkahan teramat besar yang jatuh bebas. Bila tsunami produk tumbukan asteroid Umm al-Binni tadi memiliki ketinggian sebesar ini, ia akan menerjang jauh kedaratan hingga jarak 800 km dari garis pantai. Saya pernah memaparkan simulasi ini dalam ajang KaryaTulis Ilmiah di MTQ Mahasiswa Nasional 2003 di Bandung. Waktu itu titik tekannya bukan pada megatsunami-nya, namun pada injeksi uap air yang luar biasa banyak ke atmosfer setempat pasca tumbukan. Tumbukan itu sendiri memindahkan massa udara demikian besar dari lingkungan sekelilingnya, lewat hantaran gelombang kejut (shockwave) dan afterwinds, sehingga timbul zona tekanan rendah (depresi). Kombinasi depresi dan injeksi uap air ini menggenerasikan badai tropis dahsyat di semenanjung Arabia, termasuk yang memporak-porandakan negeri Aad, umatnya Nabi Hud AS. Saat itu saya juga menyimpulkan tumbukan asteroid Ummal-Binni tadi terjadi antara 2300 - 2200 BCE. Sebab, selain estimasi terkuat masa tugas Nabi Hud AS adapada era itu, tumbukan itu juga membangkitkan gempabumi besar (7,7 skala Richter) serta kekeringan jangkapanjang yang menyebabkan peradaban zaman perungguTimur Tengah hancur. Salam Ma'rufin.
------------------------------
Ya.. lumayan khan? tambah lagi ilmunya..
Btw. ada link menarik juga ttg Banjir Nuh ini :

2 komentar:

  1. saya selalu tertarik dengan kejadian yang diceritakan dalam Quran melalui analisa rasional (sepanjang logika kita mampu menjelaskannya), dan tulisan anda menarik juga.

    BalasHapus