Home    About Me    Equipment    Aktivitas    Astrofotografi    Observasi    Downloads   Video    Gallery    Tamu   

Sabtu, 27 Mei 2006

Gempa Yogyakarta 2006



Pengalaman yang semoga tidak terulang kembali..... 
  
Pagi itu Sabtu, 27 Mei 2006 selesai melaksanakan shalat subuh masih santai nonton berita televisi sambil menunggu anak pertama yang kelas 1 SD mandinya selesai. Jam di televisi menunjuk ke angka 05:54 ketika tiba-tiba bumi bergetar, tembok bergoyang dan seisi rumah bergerak serta menimbulkan suara mirip seperti pesawat terbang rendah. Beberapa detik saya masih terpana ketika baru sadar bahwa ini adalah GEMPA BUMI. Ya gempa bumi yang paling hebat yang pernah saya rasakan seumur hidup saya. Spontan tanpa dikomando saya langsung teriak gempa..gempa.. gempa.. sambil menarik 2 anak saya yang masih balita dan kebetulan tertidur di dekat saya menonton televisi untuk dibawa keluar rumah. Suara benda-benda berjatuhan genting, gelas, pigura, dan perabotan lain menghiasi suasana waktu itu. Diluarpun suara jerit dan suara orang bertakbir bersahutan.    

Panik.... mencekam... ketakutan... sehingga mau membuka kunci pintupun rasanya sangat sulit... ya betul2 sangat sulit.. walaupun akhirnya terbuka dan diluar sepertinya sudah banyak orang yang juga merasakan hal serupa. Tidak terfikirkan lagi harta benda yang ada di dalamnya yang ada hanya satu... Menyelamatkan jiwa. Tidak terfikir menyuruh istri saya yang tengah memandikan anak pertama untuk segera keluar dari rumah. Ya.. hanya dalam hitungan detik... perasaan mencekam yang belum pernah saya rasakan itu terjadi begitu saja.   
Alhamdulillah.. semuanya berlalu.. saya cari istri ternyata dia lewat pintu belakang bersama anak pertama saya yang masih basah badannya karena belum selesai mandi sementara saya bersama 2 anak balita yang nomor 2 dan 3 lewat pintu depan. Tidak ada kerusakan yang berarti .. rumah masih berdiri tegak.. dan hanya sedikit retak di beberapa tempat. Genting2 banyak yang jatuh, gambar2 pigura astronomi yang saya pasang di hampir setiap ruangan berjatuhan dan beberapa perabotan yang pecah karena terjatuh dan listrik padam... telpon mati..... Sementara rumah tetangga banyak yang rusak lebih parah bahkan ada yang roboh. Saya sempat berfikir bahwa ini adalah ulah Merapi yang diberitakan akhir2 ini dan sempat saya tengok Merapi di arah Utara dan terlihat asap membubung ke atas. Ya... saya berfikiran Merapi meletus. Saya juga sempat menduga ada pecahan komet SW3 yang jatuh di bumi dan tidak terdeteksi sebab sebelumnya saya terima email yang menyatakan akan terjadi gempa dan mega tsunami oleh pecahan (fragment) Komet Schwassmann-Wachmann yang mengarah ke bumi pada tanggal 25 Mei 2006. 
  
Episentrum gempa bumi 27 Mei 2006 yang melumpuhkan Yogyakarta. Setidaknya terjadi 4 sampai 5 kali gempa susulan setelah gempa utama berlalu. (Grafis oleh : Mutoha-JAC)
 
Setelah mandi saya coba dengarkan siaran radio dengan MP3 player saya dan saya mendapatkan info bahwa gempa disebabkan oleh tektonik bukan vulkanik yang berempisentrum di Lautan Hindia 35 km Selatan Yogyakarta. belum selesai mendengarkan radio saya mendapat telpon dari sekolah untuk segera membuka Lab. Komputer karena kebetulan kuncinya yang pegang saya. Sebab katanya ruang komputer atapnya jebol dan saya diminta untuk segera mengecek kondisi peralatan yang ada didalamnya. Bergegas saya ke sekolah dan dengan hati2 khawatir terjadi sesuatu atau adanya gempa susulan saya buka Lab. komputer dan segera mengamankan dan menyelamatkan seluruh perlengkapan yang ada. Setidaknya beberapa buah monitor pecah dan CPU yang berantakan tertimpa atap. Karena kondisi bangunan lantai 2 retak2, Kepala Sekolah menginstruksikan untuk meliburkan siswa pada hari itu dengan sebelumnya mereka dikumpulkan di masjid untuk melaksanakan shalat taubat. Sementara saya kontak anak-isri di rumah untuk segera ke masjid jika terjadi sesuatu pasca gempa.    
     
Tepat pukul 08.07 saat kami masih berkumpul di halaman sekolah dengan beberapa guru berbincang soal gempa yang terjadi, tiba bumi terasa bergoyang kembali namun tidak sehebat yang pertama. Ya gempa susulan ini memang sudah diprediksikan bakal terjadi 2 jam setelah gempa utama jadi kami tidak panik. Namun jauh diluar dugaan saya, tiba-tiba jalan di luar sekolah mendadak menjadi penuh sesak dengan orang yang berlarian ke Utara dengan berteriak-teriak 'tsunami... tsunami... air naik...." Ya.. ratusan bahkan ribuan orang berlarian, mengendarai motor, mobil maupun kendaraan umum semuanya menuju ke satu arah... berusaha menyelamatkan diri dari 'tsunami'. Pada awalnya saya hampir terpancing oleh isu dan provokasi tersebut namun saya buru2 mengontak menggunakan HT yang kebetulan saya bawa mengontak ke ORARI lokal Yogyakarta. Dari Pantai Parangtritis memang diberitakan aman-aman saja dan tidak ada tsunami. Kalau penduduknya memang disuruh menghindar 1 km dari bibir pantai karena memang dikhawatirkan bakal terjadi tsunami. Jadi feeling saya benar bahwa isu tsunami adalah sengaja dihembuskan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Dan dalam keadaaan panik massa bisa saja dengan mudah terprovokasi tanpa terlebih dulu menggunakan akal sehat. Masa' Jogja yang berada pada ketinggian 100 meter lebih dari muka laut dan berada 50 km dari pantai terancam tsunami.. barangkali mungkin jika terjadi mega tsunami dengan ketinggian 500 meter. 
Eksodus massa di Jalan Gejayan yang panik akibat isu tsunami pasca gempa di Yogyakarta.

Melihat situasi tersebut saya sempatkan pulang dahulu menengok anak-istri khawatir terjadi sesuatu. Dan benar ternyata rumah kosong dibiarkan begitu saja. Karena sebelumnya sudah saya pesan untuk ke masjid kalau ada apa-apa maka saya langsung ke masjid yang jaraknya sekitar 200 meter. Benar ternyata mereka ada di sana, alhamdulillah walaupun yang paling kecil dibawa tetangga entah kemana dan belakangan baru tahu kalau si bungsu yang masih balita ternyata "dibawa lari" ke arah jalan kaliurang sejauh lebih 10 km dari rumah.

Selanjutnya dengan berbekal informasi yang benar, saya sampaikan informasi lewat toa masjid. Tidak hanya itu saya juga mencoba terjun ke tengah2 eksodus massa yang terlihat sangat panik bahkan banyak diantaranya yang histeris sambil berlarian. Ya.. menggunakan megapon yang kebetulan saya bawa usai mengumpulkan anak2 di sekolah saya gunakan untuk menenangkan massa bahwa tidak ada tsunami dan Pantai Selatan aman sesuai dengan laporan yang saya terima dari ORARI. Namun... ternyata tidak mudah membuat orang percaya begitu saja walaupun banyak juga yang akhirnya tidak lagi panik dan mau berbalik arah .... ya.. pengalaman buruk lagi.... namun membanggakan karena dapat turut membantu menenangkan saudara2 kita yang sedang panik. 


Mencoba menenangkan di tengah-tengah eksodus massa yang panik 


Hampir 3 jam lebih saya melakukan pekerjaan yang mungkin baru sekali dala hidup saya. Menengkan ribuan orang yang panik dan ternyata tidak mudah. Di jalan juga ternyata banyak orang yang secara sukarela melakukan pekerjaan ini berbekal informasi yang benar yang mereka dapatkan dari sumber yang dapat dipercaya. Untuk mempermudah dan efektifnya saya mencoba menulis di beberapa lembar karton dengan spidol besar dengan tulisan "PANTAI SELATAN AMAN.... TSUNAMI HANYA ISU.. SILAHKAN KEMBALI...." (Info resmi dari ORARI) begitu bunyi pengumumannya dan orang2 yang kebetulan berada disekitar saya, saya suruh untuk mengacung-acungkannya di jalan, sementara saya pergi ke tempat lain untuk melakukan hal yang sama. Bahkan saya sempat sampai di Lokasi Kaliurang tempat eksodus massa berkumpul dan merasa aman, disinipun saya bersama seorang relawan dari ORARI tidak henti2nya menenangkan massa yang masih panik dan menghimbau mereka mereka untuk kembali ke Jogja karena isu tsunami hanya isapan jempol belaka yang sengaja dihembuskan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab yang sengaja memanfaatkan kepanikan warga untuk menjarah dsb. 
Dan setelah kondisi berangsur-angsur normal, saya mencoba keliling kota sambil melihat keadaan terakhir pasca gempa bumi. Terlihat beberapa bangunan rata dengan tanah. Mal yang baru dibangun juga rusak disana-sini kampus yang rusak berat serta suasana di rumah sakit. tak lupa juga saya jepret walaupun tidak sempat semuanya. Dan menurut penuturan teman yang kebetulan lewat di jalan Bantul mengatakan bahwa kondisi di sana jauh lebih parah karena banyak bangunan yang hancur dan rata dengan tanah. Bahkan berita terakhir yang diterima menyatakan bahwa lebih 5000 orang meninggal dan ribuan lainnya dirawat di rumah sakit. Dan... ini adalah bencana nasional... saya tidak pernah bermimpi Jogja akan mendapat bencana seperti ini... Merapi belum selesai... gempa bumi hebat melanda Jogja... Semoga kita bisa mengambil hikmah dengan tragedi ini.... Dan semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita... Amin...
   
Malam ini... seluruh anggota keluarga enggan tidur di dalam rumah... trauma... apalagi ada isu yang menyatakan bahwa akan muncul gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar yaitu 8 skala richter jadi... ya saya siapkan tempat tidur di luar rumah.... Semoga hanya isu belaka.... 
 

Karena masih trauma di dalam rumah, tenda dan bentangan tikar diluar disiapkan untuk tidur malam harinya. Moga2 dapat tidur pulas malam ini. 

    
Teringat syair lagu Ebiet GAde :
" Mungkin Tuhan mulai bosan terhadap tingkah kita....
yang selalu bangga dan salah dengan dosa-dosa

atau alam mulai enggan bersahabat dengan dengan kita......

Mari kita bertanya pada diri kita sendiri...    

  
 
Yogyakarta, Medio Mei 2006

Foto-foto Gempa Jogja
Maaf hanya itu yang sempat saya abadikan   
  .   
Kami mohon kepada saudara-saudaraku di Indonesia untuk memberikan doa kepada ka mi para korban bencana gempa bumi ini agar diberi ketabahan dalam menerima cobaan ini. Sumbangan baik berupa fikiran, tenaga, materi serta sesuatu yang dibutuhkan oleh para korban sangat lkami perlukan dan dapat disalurkan melalui saluran-saluran yang ada. Akhirnya kami hanya bisa mengucapkan terimakasih dan semoga Tuhan membalas apa yang saudara-saudara lakukan. Salam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar